Jakarta – Masa kecil Merrie Elizabeth dihabiskan dengan banyak mengikuti lomba, mulai dari lomba menggambar hingga bahasa Inggris. Berkompetisi dengan mengikuti lomba pun berlanjut hingga Merrie duduk di bangku kuliah. Saat ia mendapatkan program beasiswa pasca sarjana di Prasetiya Mulya, Merrie berhasil memenangkan kompetisi business plan terbaik untuk perusahaan farmasi Novartis Pharmaceuticals dan dikirm ke Swiss.
Dunia bisnis memang bukan hal baru bagi pemilik salon BloBar itu, terutama dunia salon. Merrie kecil sudah melihat kerumitan membangun bisnis salon dari sang ibu. Ia pun melihat bagaimana bisnis ibunya tersebut tidak berjalan mulus karena manejemen bisnis ibunya kala itu kurang baik hingga akhirnya usaha tersebut harus tutup.
Seiring tumbuh dewasa, Merrie mengaku belum tertarik di dunia bisnis. Lulus SMA, Merrie memilih melanjutkan ke sekolah hukum di Universitas Surabaya (UBAYA). Lulus dengan predikat kehormatan atau cum laude, bukan hal sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan yang bermutu.
Setelah lebih dari satu tahun bekerja di perusahaan ternama, Merrie tak ingin kariernya hanya di situ-situ saja. Ia pun mengikuti program magister bisnis. Saat itu yang masih terpikir olehnya lulusan magister manajemen lebih mudah untuk bisa mendapatkan karier yang lebih baik di perusahaan.
“Pemikiranku waktu itu sangat sederhana. Kalau ingin kariernya naik dan cepet dipromosikan, pasti itu mereka-mereka yang S2 Bisnis. Awalnya aku hanya ingin kerja kantoran, bisnis hanya sebuah keinginan, tapi belum sampai ambisi,” ujar wanita 28 tahun itu saat berbincang dengan Wolipop di salon BloBar, Kemang, Jakarta Selatan, Senin (29/2/2016).
Berjuang untuk kuliah dengan beasiswa, tidak membuat Merrie bersantai-santai dalam hidupnya. Kedewasaan mengubah pemikarannya untuk bisa membuat hidupnya lebih baik lagi. Caranya adalah dengan memiliki usaha sendiri.
“Titik baliknya adalah saat aku nge-kost, kamar kostku standar banget cuma kamar 3×3, terasa sempit. Aku berpikir aku nggak mau seperti ini terus, aku harus memperbaiki tingkat kehidupan aku. Aku bertekad, aku harus memulai sesuatu dengan membangun usaha,” cerita Merrie.
Bisnis salon menjadi pilihannya karena usaha tersebut sudah cukup familiar. Di awal tahun 2014, Merrie mencari partner. Dia mengajak Ninda Ramandiani, kenalan Merrie yang juga merupakan adik kelasnya di Prasetiya Mulya. Selama sembilan bulan, Merrie dan Ninda berkolaborasi membuat strategi bisnis, mencari tempat dan merancangnya. Hingga pada Desember 2014, salon BloBar berdiri.
“Salon bisnis yang aku sudah tahu. Potensinya juga pasti ada karena Indonesia kebanyakan penduduknya cewek. Permintaannya pasti ada. Kita tinggal memberikan sesuatu yang spesial dengan memberikan servis yang baik,” kata wanita asal Malang tersebut.
Salon BloBar dengan cepat dikenal oleh masyarakat, khusunya kaum muda. Salon dengan ineterior chic yang didominasi warna pink dan putih tersebut memang memiliki spesialisasi sendiri yakni coloring. Ya, BloBar dikenal sebagai salon coloring rambut yang menghadirkan beragam warna cat rambut dengan teknik yang kini tengah digandrungi yakni ombre. Terlebih lagi, Merrie memberikan harga yang lebih terjangkau dibanding harga salon lainnya.
“Aku milih spesialisasi bisnis salon main di coloring karena kita akan pecah ke anak muda dan ketika riset tidak ada salon yang berani ngeluarin ombre atau teknik balayage, kalau ada pun mahal sekali. Kita coba main ke sana, dengan harga yang lebih terjangkau,” imbuhnya.
Bisnis salonnya tersebut berkembang berkat strategi marketing yang lebih banyak bermain dengan dunia digital. Dalam satu tahun, nama BloBar dengan mudah dikenal, khususnya bagi kaum muda berkat Instagram. Setelah melakukan perawatan,customer akan difoto dan masuk ke Instagram BloBar.
Melihat Instagram BloBar memang menarik. Di sana ditampilkan klien-klien yang berani bermain warna rambut, sehingga bagi mereka yang awalnya masih ragu untuk melakukan ombre, menjadi lebih yakin dan terinspirasi berkat melihat foto-foto di Instagram. “Dunia digital seperti Facebook dan Instagram merupakan sesuatu yang sederhana tapi mencakup banyak orang. Di era milenial saat ini, netizen semuanya megang smart phone dan kita ‘kencengin’ di media sosial,” kata Merrie.
Berkat media sosial tersebut, Merrie pun berhasil masuk ke dalam daftar 30 Under 30 yang merupakan daftar anak muda sukses di kawasan Asia di bawah usia 30 menurut majalah bisnis Forbes. Wanita yang menguasai bahasa Rusia itu masuk dalam kategori Retail & E-commerce.
Merrie menjelaskan, Forbes memilihnya sebagai salah satu anak muda sukses dilihat dari kerja kerasnya membangun bisnis, bagaimana cara mengembangkan bisnis dan keunikan bisnis. Forbes Asia juga melihat keaktifan sosial media BloBar.
“Di email dari pihak Forbes di Hong Kong, awalnya aku pikir itu spam karena aku nggak pernah apply. Ternyata program tersebut mereka sendiri yang memilih kandidatnya. Rasanya kaget dan bersyukur banget. Harapannya, dengana adanya award ini anak muda jadi lebih dipandang dan dihargai ketika startup,” terang Merrie.
Berkat masuk menjadi semi finalis 30 Under 30 tersebut, Merrie mengaku sudah merasakan dampaknya secara pribadi. Salah satu universita sudah memintanya untuk mengajar di kelas bisnis. “Untuk ngajar aku akan pikirin lebih lanjut dan aku harus izin dulu sama partnerku Ninda karena aku tertarik untuk ngajar. Aku suka dunia akademik dan aku semangat membagi ilmu management business untuk orang lain,” tuturnya.
Leave A Comment